Sebelumnya saya ucapkan Terimah kasih telah berkunjung di blog ini. Disini akan dipaparkan tentang cara Perkawinan Makassar. Semoga bermaanfaat dan menambah pengetahuan serta dapat melestarikan budaya bangsa. berikut pembahasaaannya
Salah satu
bagian terpenting dari kehidupan manusia dalah PERKAWINAN, karena
perkawinan merupakan Sunnah Rasulullah Nabi Besar Muhammad SAW.
Perkawinan sesungguhnya merupakan suatu peristiwa yang melibatkan beban
dan tanggung jawab dari banyak orang, yaitu tanggung jawab Orang Tua,
keluarga, kerabat, bahkan kesaksian dari anggota masyarakat di mana
mereka berada, maka selayaknyalah jika upacara tersebut diadakan secara
khusus dan meriah sesuai dengan tingkat kemampuan atau strata sosial
dalam masyarakat. Upacara perkawinan banyak dipengaruhi oleh
acara-acara sakral dengan tujuan agar perkawinan berjalan dengan lancar
dan kedua mempelai didoakan ke hadirat Allah SWT, sukses dalam segala
usaha dalam mengarungi bahtera kehidupan rumah tangga yang langgeng
menuju keluarga Sakinah, Mawaddah, Warohmah.
Tata cara upacara adat Bugis-Makassar dalam acara perkawinan sejatinya memiliki beberapa proses atau tahapan upacara adat, antara lain:
- A’jangang-jangang (Ma’manu’-manu’).
- A’suro (Massuro) atau melamar.
- A’pa’nassar (Patenre ada’) atau menentukan hari.
- A’panai Leko’ Lompo (erang-erang) atau sirih pinang.
- A’barumbung (Mappesau) atau mandi uap, dilakukan selama 3 (tiga) hari.
- Appassili bunting (Cemme mappepaccing) atau siraman dan A’bubbu’ ( mencukur rambut halus dari calon mempelai.
- Akkorontigi (Mappacci) atau malam pacar.
- Assimorong atau akad nikah.
- Allekka’ bunting (Marolla) atau mundu mantu.
- Appa’bajikang bunting atau menyatukan kedua mempelai.
Upacara tradisional tersebut di atas masih memiliki uraian-uraian yang lebih detail dari masing-masing tahapan atau proses. Pada kesempatan ini akan diuraikan tentang tata cara upacara adat:
1. Appassili bunting (Cemme mappepaccing) dan A’bubbu’.
2. A’korontigi (Mappacci).
3. Appanai’ Leko Lompo (Erang-erang) atau sirih pinang, dan Assimorong (Akad Nikah)
- Appassili bunting (Cemme mappepaccing), A’bubbu’ dan Appakanre Bunting
Kegiatan dalam tata cara atau prosesi upacara adat ini terdiri dari:
Appassili bunting.
Persiapan sebelum acara ini adalah calon mempelai dibuatkan tempat khusus berupa gubuk siraman yang telah ditata sedemikian rupa di depan rumah atau pada tempat yang telah disepakati bersama oleh anggota keluarga.
Gambar 1: Perangkat adat prosesi Siraman.
Alat atau bahan yang digunakan dalam prosesi adat ini adalah:
- Pammaja besar/Gentong.
- Gayung/tatakan pammaja.
- Air, sebagai media yang suci dan mensucikan.
- Bunga tujuh rupanna (tujuh macam bunga) dan wangi-wangian.
- Ja’jakkang, terdiri dari segantang (4 liter) beras diletakkan dalam sebuah bakul.
- Kanjoli’ (lilin), berupa lilin berwarna merah berjumlah tujuh atau sembilan batang.
- Kelapa tunas.
- Gula merah.
- Pa’dupang.
- Leko’ passili.
Prosesi Acara Appassili:
Gambar 2: Calon mempelai wanita memohon doa restu pada kedua orang tua
Gambar 3. Calon mempelai wanita menuju tempat siraman di bawah naunga Payung Lellu.
Tata
cara pelaksanaan siraman adalah air dari pammaja/gentong yang telah
dicampur dengan 7 (tujuh) macam bunga dituangkan ke atas bahu kanan
kemudian ke bahu kiri calon mempelai dan terakhir di punggung, disertai
dengan doa dari masing-masing figure yang diberi mandat untuk
memandikan calon mempelai. Setelah keseluruhan
selesai, acara siraman diakhiri oleh Ayahanda yang memandu calon
mempelai mengambil air wudhu dan mengucapakan dua kalimat syahadat
sebanyak tiga kali. Selanjutnya calon mempelai menuju ke kamar untuk berganti pakaian.
Gambar 4. Prosesi acara Appassili (siraman)
Setelah berganti pakaian, calon mempelai selanjutnya didudukkan di depan pelaminan dengan berbusana Baju bodo, tope (sarung pengantin) atau lipa’ sabbe, serta assesories lainnya. Prosesi acara A’bubbu (macceko) dimulai dengan membersihkan rambut atau bulu-bulu halus yang terdapat di ubun-ubun atau alis.
Gambar 5: Prosesi acara A’bubbu’ (Macceko)
Appakanre bunting artinya menyuapi calon mempelai dengan makan berupa kue-kue khas
tradisional bugis makassar, seperti Bayao nibalu, Cucuru’ bayao, Sirikaya,
Onde-onde/Umba-umba, Bolu peca, dan lain-lain yang telah disiapkan dan ditempatkan
dalam suatu wadah besar yang disebut bosara lompo.
Gambar 6: Prosesi Acara Appakanre bunting
Rumah calon mempelai telah ditata dan dihiasi sedemikian rupa dengan dekorasi khas daerah bugis makassar, yang terdiri dari:
a. Pelaminan (Lamming)
b. Lila-lila
c. Meja Oshin lengkap dengan bosara.
d. Perlengkapan Korontigi/Mappacci.
Gambar 7: Situasi ruangan tempat prosesi Akkorontigi/Mappacci
Acara
Akkorontigi/Mappacci merupakan suatu rangkaian acara yang sakral yang
dihadiri oleh seluruh sanak keluarga (famili) dan undangan.
Acara
Akkorontigi memiliki hikmah yang mendalam, mempunyai nilai dan arti
kesucian dan kebersihan lahir dan batin, dengan harapan agar calon
mempelai senantiasa bersih dan suci dalam menghadapi hari esok yaitu
hari pernikahannya.
Perlengkapannya:
- Pelaminan (Lamming).
- Bantal.
- Sarung sutera sebanyak 7 (tujuh) lembar yang diletakkan di atas bantal.
- Bombong Unti (Pucuk daun pisang).
- Leko Panasa (Daun nangka), daun nangka diletakkan di atas pucuk daun pisang secara bersusun terdiri dari 7 atau 9 lembar.
- Leko’ Korontigi (Daun Pacci), adalah semacam daun tumbuh-tumbuhan (daun pacar) yang ditumbuk halus.
- Benno’ (Bente), adalah butiran beras yang digoreng tanpa menggunakan minyak hingga mekar.
- Unti Te’ne (Pisang Raja).
- Ka’do’ Minnya’ (Nasi Ketan).
- Kanjoli/Tai Bani (Lilin berwarna merah).
Prosesi acara Akkorontigi/Mappacci:
Setelah
para undangan lengkap dimana sanak keluarga atau para undangan yang
telah dimandatkan untuk meletakkan pacci telah tiba, acara dimulai
dengan pembacaan barzanji atau shalawat nabi, setelah petugas barzanji
berdiri, maka prosesi peletakan pacci dimulai oleh Anrong bunting yang
kemudian diikuti oleh sanak keluarga dan para undangan yang telah
diberi tugas untuk meletakkan pacci. Satu
persatu para handai taulan dan undangan dipanggil didampingi oleh
gadis-gadis pembawa lilin yang menjemput mereka dan memandu menuju
pelaminan. Acara Akkorontigi/Mappacci ini diakhiri dengan peletakan pacci oleh kedua orang tua tercinta dan ditutup dengan doa.
Gambar 9. Prosesi Acara Akkorontigi/Mappacci
(Akad Nikah)
Kegiatan
ini dilakukan di kediaman calon mempelai wanita, dimana rumah telah
ditata dengan indahnya karena akan menerima tamu-tamu kehormatan dan
melaksanakan prosesi acara yang sangat bersejarah yaitu pernikahan
kedua calon mempelai.
Beberapa persiapan yang dilakukan oleh kedua belah pihak keluarga:
Keluarga Calon Mempelai Wanita (CPW).
- Dua pasang sesepuh untuk menjemput CPP dan memegang Lola menuntun CPP memasuki rumah CPW.
- Seorang ibu yang bertugas menaburkan Bente (benno) ke CPP saat memasuki gerbang kediaman CPW.
- Penerima erang-erang atau seserahan.
- Penerima tamu.
Keluarga Calon Mempelai Pria (CPP).
- Petugas pembawa leko’ lompo (seserahan/erang-erang), yang terdiri dari:
- Gadis-gadis berbaju bodo 12 orang yang bertugas membawa bosara atau keranjang yang berisikan kue-kue dan busana serta kelengkapan assesories CPW.
- Petugas pembawa panca terdiri dari 4 orang laki-laki. Panca berisikan 1 tandan kelapa, 1 tandan pisang raja, 1 tandan buah lontara, 1 buah labu kuning besar, 1 buah nangka, 7 batang tebu, jeruk seperlunya, buah nenas seperlunya, dan lain-lain.
- Seorang laki-laki pembawa tombak.
- Anak-anak kecil pembawa ceret 3 orang.
- Seorang lelaki dewasa pembawa sundrang (mahar).
- Remaja pria 4 orang untuk membawa Lellu (payung persegi empat).
- Seorang anak laki-laki bertugas sebagai passappi bunting.
- Calon mempelai Pria
- Rombongan orang tua
- Rombangan saudara kandung
- Rombongan sanak keluarga
- Rombongan undangan.
Prosesi acara Assimorong:
Setelah
CPP beserta rombongan tiba di sekitar kediaman CPP, seluruh rombongan
diatur sesuai susunan barisan yang telah ditetapkan. Ketika CPP telah
siap di bawa Lellu sesepuh dari pihak CPW datang menjemput dengan
mengapit CPP dan menggunakan Lola menuntun CPP menuju gerbang kediaman
CPW. Saat tiba di gerbang halaman, CPP disiram
dengan Bente/Benno oleh salah seorang sesepuh dari keluarga CPW.
Kemudian dilanjutkan dengan dialog serah terima pengantin dan
penyerahan seserahan leko lompo atau erang-erang. Setelah itu CPP
beserta rombongan memasuki kediaman CPW untuk dinikahkan. Kemudian
dilakukan pemeriksaan berkas oleh petugas KUA dan permohonan ijin CPW
kepada kedua orang tua untuk dinikahkan, yang selanjutnya dilakukan
dengan prosesi Ijab dan Qobul.
Setelah
acara akad nikah dilaksanakan, mempelai pria menuju ke kamar mempelai
wanita, dan berlangsung prosesi acara ketuk pintu, yang dilanjutkan
dengan appadongko nikkah/mappasikarawa, penyerahan mahar atau mas kawin
dari mempelai pria kepada mempelai wanita. Setelah
itu kedua mempelai menuju ke depan pelaminan untuk melakukan prosesi
Appla’popporo atau sungkeman kepada kedua orang tua dan sanak keluarga
lainnya, yang kemudian dilanjutkan dengan acara pemasangan cincin
kawin, nasehat perkawinan, dan doa.
Gambar 10. Prosesi acara Mappasikarawa/A'padongko Nikkah
Gambar 11. Prosesi acara penyerahan mahar atau mas kawin